Beranda | Artikel
Adab Meminta Hujan (Istisqa)
Jumat, 13 Oktober 2023

ADAB MEMINTA HUJAN (ISTISQA’)

Jika air hujan dari langit tertahan, musim peceklik kian panjang, maka laksanakanlah shalat istisqa’.

Sang imam mengajak kaum muslimin untuk berpuasa dan bershadaqah sebelum keluar untuk melaksanakan shalat Istisqa.

Menentukan waktu keluar berdasarkan hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

.… وَوَعَدَ النَّاسَ يَخْرُجُوْنَ فَِيْهِ

“Dan (beliau) menentukan hari keluar mereka (untuk melaksanakan shalat istisqo`”.[1]

Waktu keluar untuk shalat istisqa ialah.

…..فَخَرَجَ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِيْنَ بَدَأَ حَاجِبُ الشَّمْسِ

“Maka keluarlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika matahari mulai bersinar”.[2]

Keluar untuk shalat istisqa dengan penuh pengorbanan, merendahkan diri, khusyu dan perlahan-lahan. Umar Radhiyallahu anhu berdoa: ‘Ya Allah!. Ampunilah kami sesungguhnya Engkau Maha Pengampun‘ sampai datang ke tempat shalat.

Perempuan, anak-anak keluar untuk melaksanakan shalat istisqa.

Keluar menuju tempat shalat.

أَنَّ النَّبَيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إَِلَى اْلُمصَلىَّ فَاسْتَسْقَى…

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju mushala kemudian shalat istisqa…”.[3]

Tidak adzan ataupun iqamat dalam shalat istisqa.

Minta hujan dengan meminta doa orang-orang yang shaleh, karena Umar radhiallahu anhu jika musim paceklik tiba, maka beliau minta doa kepada Abbas, paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya kami bertawasul kepada Mu dengan Nabi kami, maka Engkau turunkan hujan. Dan sekarang kami bertawasul kepada-Mu dengan paman Nabi-Mu, maka turunkanlah hujan kepada kami.” Beliau berkata: “Maka diturunkanlah hujan kepada mereka”. [4]

Ketika turun hujan, ucapkanlah.

 َالَّلهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا، وَمُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِه

“Ya Allah !. Turunkan hujan yang bermanfaat, [5] dan kami diberi hujan karena karunia dan rahmat-Nya”.[6]

Jika air melimpah dan takut membahayakan, disunahkan mengucapkan:

اَللَّهُـمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا اَللَّهُـمَّ عَليَ اْلآكَامِ [7] وَالظّرَابِ [8]  وَبُطُوْنِ اْللأَوْدِيَةِ وَمنَابِتِ الشَّجَرِ

“Ya Allah !. Turunkan hujan sekitar kami dan jangan membahayakan kami. Ya Allah!. Turunkan hujan diatas dataran tinggi, bukit, dasar lembah dan tempat tumbuh pepohonan”.[9]

Disunahkan membuka baju sehingga terkena air hujan.

Diharamkan mengatakan : Kita diberi hujan karena bintang anu dan anu.

Keadaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi berubah jika melihat awan. Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika melihat awan atau angin, maka (kedatangan awan dan angin tersebut) diketahui melalui perubahan yang terjadi pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bertanya wahai Rasulullah!, orang-orang berbahagia jika melihat awan karena berharap akan turunnya hujan, sedangkan engkau tampak tidak menyukainya”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Aisyah!. Bagaimana aku bisa tenang, sebab bisa jadi pada awan itu diturunknnya azab, suatu kaum pernah diazab dengan angin kencang, di mana kaum tersebut melihat azab itu, sementara mereka berkata: “Ini awan yang akan menghujani kita’ “.[10]

Tidak ada yang tahu kapan turunnya hujan kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ اْلغَيْثَ

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan…”[11]

Ketika mendengar halilintar, diucapkan.

سُـبْحَانَ مَنْ يُسَـبِّح الرَّعْـدُ بِحَمْدِهِ وَاْلمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ

“Maha suci Allah yang menjadikan halilintar bertasbih dengan memuji-Nya dan malaikat bertasbih karena takut kepada-Nya”. (Dibaca 3x kali).”[12]

Jika ada angin berhembus maka bacalah.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هذِهِ الرِّيْحِ وَخَيْرِ مَا فِيْهَا وَخَيْرِ مَا أُمِرْتَ بِهِ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هذِهِ الرِّيْحِ وَشَرِّ مَا فِيْهَا وَشَرِّ مَا أُمِرْتَ بِهِ

“Ya Allah! Sesungguhnya kami memohon kepadamu kebaikan angin ini, kebaikan apa yang ada di dalamnya dan kebaikan apa yang Engkau perintahkan kepadanya dan kami berlindung kepadamu dari kejahatan angin ini, kejahatan apa yang ada di dalamnya dan kejahatan apa yang Engkau perintahkan kepadanya”. [13]

Mengeluarkan barang-barang agar terkena air hujan.
Berdasarkan sabda Nabi Muhamad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

يَا جاَرِيَةَُُأخرُِجِي سَرْجِي أَخْرِجِي ثِيَابِي، وَيَقُوْلُ: وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا

“Wahai hamba perempuan!, keluarkanlah pelana kudaku dan pakaianku”. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al Qur’an: “Dan Kami turunkan dari langit air yang berkah”.[14] [15]

Doa ketika turun hujan mustajab.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 اِثْـنَتَانِ مَا تُرَدُّ: اَلدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَتَحْتَ الْمَطَرِ   

“Dua doa yang tidak ditolak: ketika adzan dan ketika hujan”. [16]

Apakah hujan dicabut berkahnya?.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.

لَيْسَتِ السَّنَةُ بِأَنْ لاَ تُمْطـَرُوْا، وَلِكنَّ السَّنَةَ أَنْ تُمْطـَرُوا وَتُمْطـَرُوا وَلاَ تَـنْبُتُ اْلأَرْضُ شَيْئًا

“Bukanlah musim peceklik dengan tidak diturunkannya hujan, akan tetapi musim paceklik adalah musim diturunkannya hujan, dan diturunkannya hujan akan tetapi hujan tersebut tidak menumbuhkan apa-apa”[17]

Sesungguhnya air hujan itu suci sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 وَأَنْزَلْنَا مِنَ السََّمَاءِ مَاءً طَهُوْرًا

“Dan Kami turunkan dari langit air yang suci”. [18]

Keadaan hujan di akhir zaman.
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu berkata:

كُنَّا نَتَحَدَّثُ أَنَّهُ لاَ تَقُـومُ السَّاعَـةُ حَتَّي يُمْطَرَ النَّاسُ مَطَـرًا عَامًا وَلاَ تَـنْبُتُ اْلأَرْضُ شَيْئًا

“Kami sedang berbincang-bincang bahwa sesungguhnya tidak akan datang kiamat sehingga manusia dihujani oleh hujan selama setahun, namun hujan tersebut tidak menumbuhkan apa-apa”.[19]

  1. Sifat shalat Istisqa (Minta Hujan)
  2. Do’a-doa Istisqa (Minta Hujan)

[Disalin dariآداب الاستسقاء   Penyusun : Majid bin Su’ud al-‘Ausyan, Penerjemah :  Muzafar Sahidu bin Mahsun Lc, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah  IslamHouse.com 2009 – 1430]
_______
Footnote
[1] HR. Abu Daud (1040).
[2] HR. Abu Daud (1040)
[3] HR. Abu Daud (1034).
[4] HR. Bukhari/Tawasul (51).
[5]  Shahih Adab (530).
[6] HR. Bukhari dan Muslim/Al Kalim Al Thayib (160).
[7] الإكمام dikasrahkan ialah jamak أكمة yaitu الرابية. Dijamakkan الإكام  menjadi أكم dan آكام (Al Nihayah Fi Gharibil Hadits Wal Atsar Libni Al Atsir).
[8] الظراب ialah bukit. Kata tunggalnya ialah ظرب seperti كتِف . Terkadang dijamakkan menjadi أظرب (Al Nihayah Fi Gharibi Al Hadits Wal Atsar Libni Al Atsir)
[9] Irwai’ Al Ghalil (680).
[10] Al Silsilah Al Shahihah (2757), Shahih Al Jami’ Al Shaghir (7930).
[11] QS. Luqman (34).
[12] Al Kalimut Thayib (157).
[13] Al Silsilah Al Shahihah (2756).
[14] QS. Qaf/50:9.
[15] Isnadnya Shahih Mauquf, Shahih Al Adab (9320).
[16] Shahih Al Jami’ (3078).
[17] Shahih Jami’ (15447).
[18] QS. Al Furqon/25:48.
[19] Al Silsilah Al Shahihah (12773).


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/90015-adab-meminta-hujan-istisqa.html